ANTIKONVULSI

ANTIKONVULSI

PENGERTIAN KONVULSI /EPILEPSI
     Kejang adalah suatu gejala akibat lepasnya muatan listrik yang berlebihan dari sebuah fokus kejang atau dari jaringan normal yang terganggu akibat suatu keadaan patologik (Price and Wilson, 2007). 
   Kejang dapat bersifat epileptik maupun non epileptik. Kejang epileptik adalah gejala umum yang terjadi pada penyakit epilepsi yang disebabkan oleh gangguan susunan syaraf pusat yang spontan dan berulang dengan periode singkat.  Angka kejadian epilepsi di suatu wilayah adalah 80-120 kasus per 100.000 orang per tahun dan angka ini dapat lebih tinggi pada negara berkembang dan kelas ekonomi rendah. Kejang non epileptik yaitu kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 38OC) yang disebabkan oleh suatu proses estrakranium. Kejang demam terjadi pada 2 – 4% anak berumur 6 bulan – 5 tahun (Erjon et al., 2017).


PENGERTIAN ANTIKONVULSI
    Antikonvulsan adalah suatu aktivitas yang diberikan oleh senyawa tertentu yang dapat mengobati penyakit yang memiliki gejalan kejang seperti epilepsy( Alfathan dan Wathoni, 2019).  

SEJARAH OBAT ANTIKONVULSI
    Antikonvulsi yang pertama dipakai untuk mengobat serangan kejang adalah fenitoin, suatu hidantoin yang ditemukan pada tahun 1938 yang  sampai kini masih dipakai untuk mengendalikan serangan kejang ( Kee dan Hayes, 1996).  

MEKANISME KERJA OBAT ANTIKONVULSI/ ANTIEPILEPSI
    Obat anti epilepsi (OAE) bekerja melawan bangkitan melalui berbagai target seluler, sehingga mampu menghentikan aktivitas hipersinkroni pada sirkuit otak ( Husna dan Kurniawan , 2017).


PERMASALAHAN :
1. Bagaimana patofisiologi konvulsi ? 
2. Bagaimana efek samping dari obat antikonvulsi ?
3. Mengapa fenitoin sampai kini masih dipakai untuk mengendalikan serangan kejang?


DAFTAR PUSTAKA

Alfathan, P dan N. Wathoni. 2019. Review Artikel: Metode Pengujian Aktivitas Antikonvulsan Sebagai Skrining Pengobatan Epilepsi. Jurnal Farmaka. 17(2) :143-149.
Erjon, G. O. Zizba Dan S.Meisyayati. 2017. Standarisasi Dan Efek Antikonvulsi  Ekstrak Etanol Daun Ubi Jalar  Pada Mencit Putih Jantan. Jurnal Penelitian Farmasi Indonesia. 5(2) : 48-53.
Husna, M Dan  S.N. Kurniawan. 2017. Mekanisme Kerja Obat Anti Epilepsi Secara Biomolekuler. Malang Neurology Journal. 4(1) : 38-45
Kee, J. L dan E. R. Hayes. 1996. Farmakologi : Pendekatan Proses Keperawatan. EGC, Jakarta.
Price, S. A. dan Wilson, L. M. 2007. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Edisi 6, Volume 2, Penerbit Buku Kedokteran. EGC, Jakarta, 1157-1166

Komentar

  1. Saya akan coba menjawab soal nomor 1 : kejang sering menyebabkan gangguan kesadaran sementara, menyebabkan penderita beresiko mengalami cidera tubuh dan menggangu aktivitas.

    BalasHapus
  2. Assalamualaikum, saya akan mencoba menjawab soal nomor 3, menurut saya karena fenitoin ini paling sedikit efek toksiknya, sedikit efeknya terhadap sedasi umum, dan juga tidak menimbulkan adiksi. Tetapi, obat ini tidak boleh dipakai selama kehamilan karena dapat menimbulkan efek teratogenik pada janin, semoga membantu ☺️

    BalasHapus
  3. Saya akan mencoba menjawab pertanyaan no.2 tentang efek samping obat antikonvulsi.
    Menurut literatur yang pernah saya baca penggunaan dari obat antikonvulsi memiliki beberapa efek semping diantaranya menyebabkan sakit kepala, sindrom serebral, perubahan jaringan konektif, hiperplasia gusi, kulit wajah menjadi kasar, penyakit metabolisme tulang, sedasi, dan gangguan kognitif.
    Semoga bermanfaat 😊

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

HEMATOLOGI